Minggu, 24 Januari 2010

Konsekuensi Keimanan Terhadap Al-Qur’an


Sebenarnya Allah SWT tidak pernah memaksa umat manusia untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup mereka. Allah hanya memberikan yang terbaik dan yang paling sesuai dengan manusia dalam menapaki serta meniti jalan kehidupan ini agar mereka mendapatkan kebahagian hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Bagi mereka yang memiliki keimanan kepada Allah, terdapat beberapa hal yang menjadi konsekwensi keimanan mereka terhadap Al-Qur'an, yaitu:

1. (الأنس به) Senantiasa 'dekat' dengan Al-Qur'an.
Dekat dengan Al-Qur'an maksudnya adalah senantiasa memiliki keinginan untuk berinteraksi secara dekat dengan Al-Qur'an. Interaksi ini tergambarkan dalam dua hal:

a) (تعلمه) Mempelajarinya.
Al-Qur'an ibarat lautan yang sarat dengan mutiara-mutiara yang tiada terhingga jumlahnya. Dari sisi manapun kita membuka lembaran-lembaranya , akan kita jumpai hal-hal yang tidak pernah kita dapatkan sebelumnya di manapun. Oleh karena itulah, mempelajari Al-Qur'an merupakan satu hal yang teramat sangat penting dalam kehidupan manusia. Generasi awal umat ini dapat maju dan menjadi pemimpin dunia, adalah karena mereka benar-benar mempelajari Al-Qur'an untuk kemudian diamalkannya.

Mempelajari Al-Qur'an mecakup beberapa aspek:
• (تلاوة) Dari sisi tilawahnya, mencakup tajwid, makharijul huruf, qiraah dan lain sebagainya. Sehingga dirinya dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Karena jika terdapat kesalahan dalam membaca, berakibat pada perubahan maknanya. Dalam sebuah hadits dikatakan:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ (رواه مسلم)
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Seseroang yang mahir dalam membaca Al-Qur'an, kelak ia akan dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia dan suci. Dan orang yang masih terbata-bata membacanya lagi berat, maka ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR. Muslim)

• (فهما) Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah, jihad, dan lain sebagainya. Pemahaman sangat penting karena merupakan pijakan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan riil. Tanpa pemahaman yang baik, tentulah akan sulit dalam merealisasikan Al-Qur'an pada kehidupan nyata. Allah menggambarkan dalam Al-Qur'an mengenai mereka-mereka yang tidak mau memahami ayat-ayat Allah (QS. 7 : 179):

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُونَ بِهَا
وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

• (تطبيقا) Dari sisi perealisasiannya, mencakup bidang ekonomi, sosial, politik dsb. Karena merealisasikan Al-Qur'an dalam kehidupan nyata merupakan perintah Allah kepada seluruh umat Islam. Artinya hal ini sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Allah berfirman (QS. 5 : 44)

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

• (حفظا) Dari sisi menghafal ayat-ayat dan surat-surat dalam Al-Qur'an. Karena menghafal Al-Qur'an memiliki keistimewaan tersendiri. Dahulu para sahabat, kebanyakan dari mereka hafal Al-Qur'an. Demikian juga para salafuna shaleh, serta para Imam-Imam kaum muslimin. Ahli Tafsir pun memberikan syarat kehursan hafal Al-Qur'an bagi siapa saja yang ingin menjadi penafsirnya. Mengenai keutamaan penghafal Al-Qur'an Rasulullah SAW pernah bersabda:

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَحَفِظَهُ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ اسْتَوْجَبُوا النَّارَ (رواه ابن ماجه)
Dari Ali bin Abi Thalib, ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang membaca Al-Qur'an dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan memberinya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya yang telah ditetapkan masuk neraka. (HR. Ibnu Majah)

b) (تعليمه) Mengajarkannya pada orang lain.
Sebagai seorang muslim yang baik, tidak akan merasa cukup dengan mempelajarinya saja untuk kemudian dijadikan bekal bagi dirinya sendiri. Namun lebih dari itu, setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan bahwa pengajar Al-Qur'an adalah sebaik-baik mu'min:

عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري)
Dari Utsman ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya) . (HR. Bukhari)

Mengajarkan Al-Qur'an kepada orang lain juga mencakup empat hal dalam mempelajarinya, yaitu, dari segi tilawah, pemahaman, pengaplikasian dan penghafalannya.

2. (تربية النفس به) Mentarbiyah diri dengan Al-Qur'an.
Al-Qur'an merupakan Kitabul Hidayah, yang dapat merubah suatu kondisi masyarakat dari kejahiliyahan menuju masyarakat Islam. Rasulullah SAW telah membuktikannya dengan merubah kondisi bangsa Arab yang suka peperangan, perampasan hak, kedustaan, khomer, perzinaan, pembunuhan, riba dan lain sebagainya menjadi masyarakat yang cinta perdamaian, persamaan hak, kejujuran, kasih sayang, keadilan dan lain sebagainya. Kesemuanya dapat dilakukan karena Al-Qur'an merupakan kitabul hidayah; memberikan hidayah kepada manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam yang terang benderang. Al-Qur'an banyak sekali mengungkapkan mengenai fungsi Al-Qur'an sebagai kitabul hidayah, diantaranya adalah:

الم* ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ*
"Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."

3. (التسليم لأحكامه) Menerima sepenuh hati segala hukum yang terdandung di dalamnya.
Jika kita memahami bahwa bahwa Al-Qur'an merupakan Kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, tentulah kita akan dengan segera melaksanakan isi kandungan dari Al-Qur'an. Karena segala perintah, larangan, pesan atau apapun yang terdapat di dalamnya, merupakan perintah, larangan, pesan dari Allah SWT. Dan di sinilah keimanan kita akan diuji oleh Allah SWT. Orang yang beriman, ia akan dengan segera melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman (QS. 33 : 36)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."

4. (الدعوة إليه) Berda'wah (mengajak) orang lain kepada Al-Qur'an.
Karena kita meyakini bahwa hanya Al-Qur'anlah satu-satunya pedoman hidup yang dapat membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Al-Qur'anlah yang dapat memberikan keteduhan, ketenangan dan kesejukan dalam tiap diri insan. Al-Qur'an telah terbukti menjadikan umat Islam mampu menjadi pemimpin dunia dalam kurun waktu yang relatif lama. Al-Qur'an juga mampu merubah kondisi suatu bangsa dari jurang kebobrokan menuju puncak kemuliaan. Oleh karena itulah, salah satu konsekwensi keimanan kita kepada Al-Qur'an adalah mengajak mereka dengan cara yang bijak untuk bersama-sama menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Allah SWT mengatakan (QS. 16 : 125)

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ
أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

5. (إقامته في الأرض) Menegakkannya di muka bumi.
Allah SWT telah menuntut pada kaum-kaum yang terdahulu untuk menegakkan agama-Nya di muka bumi, maka demikian pula halnya dengan umat Islam. Allah menuntut pada kita untuk menegakkan agama-Nya, dengan menegakkan Al-Qur'an. Menegakkan Al-Qur'an adalah dengan menegakkan hukum-hukumnya di muka bumi yang menjadi hukum seluruh umat manusia di manapun mereka berada. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 13)

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
"Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan- Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki- Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya) ."

Karena sesungguhnya Allah SWT telah memberikan janji untuk menegakkan agama ini sebagaimana telah ditegakkan oleh umat-umat sebelum kita. Bagaimanapun kondisinya, suatu ketika Al-Islam akan menjadi pedoman hidup dan hukum yang menjadi acuan bagi kehidupan seluruh umat manusia. Allah mengatakan (QS. 24 : 55)

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ
بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."

Al-Qur'an Sebagai Minhajul Hayah.
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
"Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da'wah – yaitu generasi sahabat – yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da'wah ini…"

Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:

عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
"Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: 'Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi'in) , kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba'ut tabiin). (HR. Bukhari)"

Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan 'generasi pada masaku' adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ (رواه البخاري)
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).

Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena 'ketotalitasan' mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur'an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur'an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

Penutup
Tinggallah dua pilihan masih ternganga di hadapan kita; antara jaya dengan Al-Qur'an, atau binasa dengan meninggalkannya. Sejarah telah berbicara sebagai fakta abadi; bahwa umat ini dapat memperoleh izzahnya dengan Al-Qur'an. Dan merekapun Allah kerdilkan karena meninggalkan Al-Qur'an. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:

عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ
أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Qur'an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain." (HR. Muslim)

Wallahu A'lam Bis Shawab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Dikirim oleh : Tim Tadzkirah - JDM

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites